WACANA
Banjarmasin, 21
September 2013
A.
Pengertian
Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang
lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi dan terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap,
maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang
utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar
(dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi
atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat
dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya
keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi
wacana apik dan benar.
B.
Alat Wacana
Alat-alat
gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif,
antara lain:
Pertama,
konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat; atau
menghubungkan paragraf dengan paragraph.
Seperti wacana
berikut :
(217) Raja sakit. Pemaisuri meninggal.
Hubungan menjadi
jelas, sebab kalau misalnya diberi konjungsi dan menjadi wacana sebagai berikut
:
(218a) Raja sakit dan permaisuri meninggal.
(218b) Raja sakit karena permaisuri meninggal.
(218c) Raja sakit ketika pemaisuri meninggal.
(218d) Raja sakit sebelum permaisuri meninggal.
(218e) Raja sakit. Oleh karena itu, permaisuri
meningggal.
(218f) Raja sakit, sedangkan permaisuri meninggal.
Kedua,
menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis.
(219)
Rombongan mahasiswa pengunjuk rasa itu
mula_mula mendatangi kantor menteri dalam negeri. Sesudah itu mereka dengan tertib menuju gedung DPR
di Senayan.
(220)
Anak itu terpeleset, lalu jatuh ke
sungai. Beberapa orang yang lewat mencoba menolongnya.
(221)
Awan tebal bergumpal-gumpal menutupi
langit Jakarta. Itu tandanya hujan
lebat akan turun.
Ketiga,
menggunakan elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat
kalimat yang lain.
(222)
Teman saya yang duduk di pojok itu
namanya Ali; dia berasal dari Yogyakarta. Yang di ujung sana Ahmad dari
Jakarta. Yang di sebelah gadis berbaju merah itu Nurdin dari Medan.
Tanpa elipsis
wacana tersebut pada (222) terasa menjadi tidak efektif, karena terlalu banyak
menggunakan kata, dan terasa menjadi tidak ada penghubung antara kalimat yang
satu dengan kalimat lainnya. Perhatikan wacana (223) berikut yang berasal dari
(222) tanpa diberi elipsis.
(223)
Teman saya yang duduk di pojok itu
namanya Ali; dia berasal dari Yogayakarta. Teman saya yang duduk di ujung sana
itu namanya Ahmad; dia berasal dari Jakarta. Teman saya yang duduk di sebelah gadis berbaju merah itu
namanya Nurdin; dia berasal dari Medan.
Selain dengan
upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat
dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain:
Pertama,
menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam
wacana itu.
(224)
Saya datang, anda pergi. Saya hadir,
anda absen. Maka, mana mungkin kita bisa bicara.
Kedua,
menggunakan hubungan generik – spesifik; atau sebaliknya spesifik – generik.
(225)
Pemerintah berusaha menyediakan
kendaraan umum sebanyak-banyaknya dan akan berupaya mengurangi mobil-mobil
pribadi.
Ketiga,
menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat; atau isi
antara dua buah kalimat dalam satu wacana.
(226)
Dengan cepat disambarnya tas wanita
pejalan kaki itu. Bagai elang menyambar anak ayam.
Keempat,
menggunakan hubungan sebab – akibat di antara isi kedua bagian kalimat; atau
isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana.
(227)
Pada pagi hari bus selalu penuh sesak.
Bernapas pun susah di dalam bus itu.
Kelima,
menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana.
(228)
Banyak jembatan layang dibangun di
Jakarta. Supaya kemacetan lalu lintas teratasi.
Keenam,
menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua
kalimat dalam satu wacana.
(229)
Kebakaran sering melanda Jakarta.
Kalau dia datang Si Jago Merah itu tidak kenal waktu, siang atau pun malam.
B.
Jenis
Wacana
Berbagai jenis
wacana dapat disesuaikan dari sudut pandang mana wacana itu dilihat.
Pertama-tama dilihat dari adanya wacana lisan dan wacana tulis melalui sarana
bahasa lisan atau bahasa tulis.
Dilihat dari
penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puitik dibagi menjadi
wacana prosa dan wacana puisi. Wacana prosa, dilihat dari penyampaian isinya
dibedakan menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi dan wacana
argumentasi.
Leech
mengklasifikasikan wacana berdasarkan fungsi bahasa seperti dijelaskan berikut
ini;
§ Wacana
ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis
sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato;
§ Wacana
fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi,
seperti wacana perkenalan pada pesta;
§ Wacana
informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti
wacana berita dalam media massa;
§ Wacana
estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan
pesan, seperti wacana puisi dan lagu;
§ Wacana
direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra
tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
Berdasarkan
saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas; wacana lisan dan wacana
tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur,bahasa yang
dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis
ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan
sistem ejaan.
Wacana dapat
pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu wacana naratif, wacana
deskriptif, wacana ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana
hortatoris, dan wacana prosedural.
D.
Subsatuan
Wacana
Dari pembicaraan
di atas dapat dikatakan bahwa wacana adalah bahasa yang utuh yang lengkap.
Maksudnya dalam wacana ini satuan “ide” dan “pesan” yang disampaikan akan dapat
di pahami pendengar atau pembaca dalam keraguan, atau tanpa merasa adanya
kekurangan infomasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam wacana itu. mungkin
ada ide atau pesan yang sangat sempit atau sedikit, sehingga cukup diwujudkan
dalam satu kalimat seperti (236) berikut :
(236) Jagalah kebersihan !
Tetapi mungkin
juga ada yang agak besar atau agak luas, sehingga perlu diwujudkan dalam dua
tiga tiga kalimat atau lebih, seperti tulisan yang biasa kita lihat di muka
pintu masuk mesjid atau mushala.
(237) Bukalah alas kaki (sepatu, sendal, dan
lain-lain).
Kebersihan adalah sebagian daripada
iman.
Kalau isi wacana
itu berupa masalah keilmuan yang cukup luas, diuraikan berdasarkan persyaratan
suatu karangan ilmiah, maka wacana itu akan menjadi sangat luas, mungkin bisa
puluhan atau ratusan halaman panjangnya. Jika demikian, maka biasanya wacana
itu akan dibagi-bagi dalam beberapa bab;
setiap bab akan dibagi lagi atas beberapa subbab; setiap subbab disajikan dalam
beberapa paragraf, atau juga subparagraph. Setiap paragraf biasanya berisi satu
gagasan atau pikiran utama, yang disertai dengan sejumlah pikiran penjelas.
Pikiran utama
itu berwujud satu kalimat utama; dan setiap pikiran penjelas berupa
kalimat-kalimat penjelas.
Oleh karna itu,
dalam hal wacana itu berupa karangan ilmiah, maka dapat dikatakan bahwa wacana
itu dibanguni oleh subsatuan atau sub-subsatuan wacana yang disebut bab,
subbab, paragraf, atau juga subparagraf.
Namun, dalam, wacana-wacana singkat sub-subsatuan wacana itu tentu tidak ada.
Dalam wacana
berupa karangan ilmiah, dibangun oleh subsatuan atau sub-subsatuan wacana yang
disebut bab, subbab, paragraf, atau juga subparagraf. Namun, dalam wacana
–wacana singkat sub-subsatuan wacana tidak ada.
Saya Mauliana Hajjah (A1B113032) Ingin bertanya , dari penjelasan diatas ada diSebutkan Wacana secara lisan dan Wacana secara tertulis. Tolong berikan contoh dari wacana secara lisan dan wacana secara tertulis? Terima kasih :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSaya Rezki Fitriani (A1B113027) akan menjawab pertanyaan saudari Mauliana Hajjah.
HapusContoh wacana lisan:
wati: "Nunung, ke mana?"
Nunung: "Biasa".
Pada wacana diatas wati dapat mengetahui bahwa nunung akan pergi, misalnya kewarung untuk makan roti panggang, karena pada saat seperti ini kebiasaan nunung makan roti panggang diwarung x. Bagi orang lain yang belum mengenal kebiasaan nunung, wacana diatas tidak dapat dimengerti. Ia tidak dapat menarik kesimpulan yang tepat. Pertama, Karena ia mengetahui bahwa tidak ada tempat yang bernama " Biasa " tidak mengacu kepada suatu tempat yang pasti dan kedua, ia belum mengenal kebiasaan atau memiliki "Pengetahuan yang telah diketahui bersama" (Common ground) dengan nunung.
Contoh wacana tertulis:
Banyak wacana tulis yang panjang, ada juga wacana tulis yang pendek, wacana seperti ini banyak ditemukan di iklan, distasiun kereta api, diswalayan, dan dijalan.
• Pintu keluar
• Semua kopi hitam sama, soal rasa ayam merak
• Awas! tegangan tinggi!
• Kocok dulu sebelum diminum
Nama saya Siti noor janah Nim A1B113084: Di dalam sebuah wacana, konjungsi adalah alat wacana untuk menghubungkan kalimat-kalimat .
BalasHapusjadi, dapatkah anda memberikan contoh lain selain yang ada di dalam blog tersebut..?
Terima Kasih...:))
Saya Rezki Fitriani ( A1B113027) akan menjawab pertanyaan dari Siti Noor Janah.
HapusContoh penggunaan konjungsi.
Saya suka film Amerika berjudul The Nanny Diaries. Film ini bercerita tentang perempuan bernama Annie. Setelah lulus kuliah, dia bingung mencari pekerjaan. Ketika duduk di taman, dia bertemu Mrs. X. Mereka mengobrol sebentar. Mrs. X punya anak, tapi dia sibuk. Mrs. X ingin Annie menjadi pengasuh anaknya karena pengasuh yang lama berhenti bekerja. Annie tidak punya pekerjaan, jadi dia menerimanya.
Annie biasa tinggal di rumahnya yang kecil dan sederhana. Sebaliknya, rumah Mrs. X sangat besar dan mewah. Setiap hari Annie mengurus anak lalu membantu Mrs. X berbelanja. Dua bulan kemudian, Annie berhenti bekerja. Sebelum pergi, Annie melihat Mr. X berselingkuh dengan sekretarisnya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSaya Eprida Eryani (A1B113017) ingin bertanya kepada kelompok Wacana. Apa yang dimaksud dengan hubungan generik-spesifik dan hubungan spesifik-generik ? Mohon penjelasannya dan berikan contohnya menurut kelompok kalian !
BalasHapusMakasih
Nama : Diana Maya Utami
HapusNIM : A1B113043
Yang dimaksud dengan generic dan spesifik adalah hubungan antara atasan dan bawahan, anatara keseluruhan dan bagian-bagiannya (hypernim-hyponim).
CONTOH :
1. Mereka mahasiswa FPBSIKIP Medan
Si A, si B, si C dan si D.
Mahasiswa FPBS itu sebagai atasan (hypernim) dan si A, si B, si C dan si D adalah bawahan atau bagiannya.
2. Ada mawar, melati, kamboja, dan dahlia
Semua bunga yang indah.
Mawar, melati, kamboja, dan dahlia adalah bagian atau hyponym bunga.
3. Segala macam kendaraan silang siur di jalan itu.
Geronak, sedan, sudaco dan bemo.
Tidak ketinggalan beca dan kereta beroda dua.
Kendaraan di sini adalah hypernim dari segala yang silang siur itu, yaitu gerobak, sedan, sudaco, bemo, beca, dan kereta beroda dua.
4. Beribu-ribu buku ada diperpustakan itu.
Buku bahasa, ekonomi, hukum dan pertanian.
Juga buku-buku teknik, kimia, kedokteran dan lain-lain.
Buku-buku yang banyak adalah hyponym dari beribu
Saya Farida Iriyani (A1B113094) akan bertanya kpd kelompok Wacana. Apakah sebuah wacana harus apik ? Bagaimana jika sebuah wacana tidak kohesif namun bisa terbentuk wacana ? Seperti dalam contoh wacana: Andi dan budi pergi ke mall, dia ingin membeli laptop. Jelaskan menurut kelompok kalian ! Terimakasih.
BalasHapusNama : Diana Maya Utami
HapusNIM : A1B113043
Menurut saya tidak semua wacana harus apik , karena yang terpenting dalam sebuah wacana adalah tersampaikannya “ide” maupun “pesan” yang dapat di pahami pendengar atau pembaca dalam keraguan, atau tanpa merasa adanya kekurangan infomasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam wacana itu. Mungkin ada ide atau pesan yang sangat sempit atau sedikit, sehingga cukup diwujudkan dalam satu kalimat . Walaupun begitu dalam pembuatan suatu wacana tidaklah sembarangan, pembuatannya juga harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada tergantung dengan situasi dan kondisi.
Yang saudari Farida sebutkan itu merupakan contoh wacana yang koherens tetapi tidak kohesif :
Andi dan budi pergi ke mall, dia ingin membeli laptop.
Contoh tersebut tidak tidak kohesif karena kata “dia” tidak jelas mengacu kepada siapa, kepada Andi atau Budi, atau kepada keduanya. Jadi menurut saya contoh diatas merupakan contoh wacana yang kurang baik.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya Muhammad Adi M (A1B113025) akan bertanya kpd klompok wacana, bagaimanakah contoh dari wacana fatis pada perkenalan pesta? selain itu apakah benar wacana dapat berwujud rangkaian nonbahasa? lalu, dlm contoh yg d.brikan slah satu anggota klian tentang wacana tertulis contoh tersebut sperti pringtan misal "Awas! tegangan tinggi!" yg akan sya tnyakan jika kalimat tersebut hnya d.ungkap kan melalui sbuah gambar atau tanda misal gambar petir bisakah?? mhon penjelasannya
BalasHapusContoh wacana fatis pada perkenalan pesta :
HapusRoni sedang menghadiri pesta pernikahannya Shinta di sebuah hotel. Disana banyak sekali orang-orang kenalan Shinta , ada teman , keluarga bahkan ada beberapa pejabat yang datang ke sana. Tiba-tiba Roni dikejutkan dengan kedatangan seorang laki-laki.yang menepuk pundaknya.
Haris : Mas bisa minta tolong ambilkan minuman yang ada di depan mas ?
Roni : O, baiklah. Ini (menyerahkan gelas yang berisi minuman).
Haris : Terima kasih. Ngomong-ngomong nama mas siapa yaa ?
Roni : Nama saya Roni , salam kenal (berjabat tangan). Mas sendiri siapa namanya ?
Haris : Saya Haris , sepupunya Shinta.
Menurut Djajasudarma dalam pemaparannya mengenai jenis wacana yang dikaji dari segi eksistensinya (realitasnya). Ia membagi wacana menjadi dua bagian yakni : wacana verbal dan nonverbal.Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada stuktur apa adanya. Sedangkan rangkaia nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna) .
Pada peringatan "Awas! tegangan tinggi!" menurut saya itu bukan termasuk wacana tulis , Karena yang saya tau wacana tulis disampaikan secara tertulis melalui media tulis dan menggunakan kalimat yang efektif agar bisa mencerminkan pesan yang disampaikan dan juga dapat diterima oleh sang penerima pesan.
Saya Intan Puspitasari (A1B113013) ingin menanyakan pendapat anda. Saya pernah membaca pernyataan bahwa suatu bahasa dapat dikenal sebagai naskah wacana. Bagaimana menurut kelompok anda? Tolong jelaskan jawabannya!
BalasHapusTerimakasih.
Nama saya : JUWAIRIAH (A1B113036) ingin bertaya ada jenis wacana yang menggunakan bahasa sangat luas sebagai segi kehidupan manusia tolong jelaskan berikan contohnya dan apa alasannya ?
BalasHapusTerimakasih
Saya Rezki Fitriani (A1B113027) akan menjawab pertanyaan dari juwairiah.
HapusMenurut saya jenis wacana yang menggunakan bahasa sangat luas ialah wacana eksposisi, karena wacana eksposisi menampilkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
Nama saya : Dina mulianti (A1B113081)
BalasHapusingin bertanya apa yang dimaksud wacana ekspositoris, , wacana hortatoris, dan wacana prosedural dan berikan contohnya ?
Terimakasih :)
Nama : Diana Maya Utami
HapusNIM : A1B113043
Wacana Ekspositoris
Wacana ekspositoris ini merupakan rangkaian tutur yang mengetengahkan atau memaparkan suatu pokok pikiran atau permasalahan yang dibahas dengan cara menguraikan bagian-bagian atau unsur-unsurnya sedetail mungkin. Wacana ini memberikan berbagai informasi sehingga para pembaca atau pendengar paham dengan baik tentang masalah yang dikemukakan.Wacana ini dilengkapi dengan ilustrasi atau contoh.
Contoh wacana ekspositoris :
Dampak Keberhasilan Romawi
Pada abad ke-2 sebelum masehi, Romawi berhasil menjadi kekaisaran yang luas. Penaklukan Cartago dan Punisia menjadi negeri kaya raya, tapi perang selalu menimbulkan kekacauan. Sayangnya, pemerintah tidak mampu mengatur negerinya yang sangat luas itu. Banyak petani terusir dari lahannya, korupsi merajalela, dan rakyat menderita.para pemimpin berebut kekuasaan, dan pemberontak pun terus merajalela.
Wacana Prosedural
Wacana Prosedural adalah wacana yang menuturkan sesuatu secara berurutan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan . Unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak dapat dikacaukan urutannya , atau dibolak-balik. Urgensi unsur yang lebih dahulu merupakan landasan untuk unsur sesudahnya. Wacana ini dibuat untuk menjawab pertanyaan bagaiana cara sesuatu bekerja, atau bagaimana proses terjadinya, atau bagaimana proses melakukan sesuatu.
Contoh wacana prosedural :
Nasi Uduk
Bahan : beras 500gram, santan kental 100ml, ayam panggang, telur, mentimun, dan kerupuk.
Bumbu : garam, lengkuas 3cm, serai 2batang, daun salam, tomat, dan cabai merah besar.
Cara pembuatan : cuci beras sampai bersih, lalu tiriskan. Masaklah santan, tambahkan bumbu-bumbu, lalu masaklah hingga mendidih. Kuku beras hingga setengah matang. Angkat dan masukkalah kedalam santan yang mendidih. Ratakan, lalu kukus kembali hingga matang. Haluskan cabai dan tomat, buatlah sambel goreng. Jangan lupa buatlah telur dadar.
Wacana Hortatorik
Wacana ini adalah wacana yang berisi ajakan atau nasehat dan, kadang-kadang bersifat memperkuat keputusan supaya lebih meyakinkan . Wacana ini merupakan hasil atau produksi suatu waktu , dan bukan disusun berdasarkan urutan waktu.
Contoh wacana hortatorik :
Perilaku Menyampah
Di kota besar, setiap orang mencari kemudahan dalam hidup. Kebiasaan makan, misalnya, di kota besar, restoran fast food cenderung menggunakan kemasan yang terbuat dari plastik atau stirofoam yang sekali pakai langsung buang. Kemasan kue dahulu menggunakan daun pisang yang bisa membusuk, sekarang cenderung menggunakan plastik. Semua itu kebiasaan impor yang bukan budaya Indoesia. Budaya Indonesia menggunakan daun pisang atau daun jati.
Sebenarnya volume sampah dapat dikurangi drastis bukan hanya dengan menangani sampah plastik dengan sebaik-baiknya atau dengan daur ulang tetapi bagaimana menghindari seminim mungkin perilaku menyampah. Hanya kekuatan konsumen yang bisa menekan produsen mengurangi bahan-bahan yang makin menambah volume sampah.
Semaksimal mungkin semua orang harus mengurangi penggunaan kemasan-kemasan yang kemudian akan menjadi sampah yang tidak bisa hancur. Misalnya, menghindari membeli makanan dan minuman yang menggunakan kemasn plastik, stirofoam, atau kalaupun terpaksa membeli, ambil saja makanannya, kemasan dikembalikan lagi kepada penjualnya. Rasanya tidak menggunakan kemasan plastik tidak akan mengurangi kenyamanan hidup ini.
Nama saya Yuniwati Khairunnisa ( A1B113033) akan bertanya kepada kelompok wacana. Apa yang dimaksud dengan wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi. Tolong jelaskan dan berikan contoh dari wacana tersebut. Terima kasih.
BalasHapusSaya Rezki Fitriani (A1B113027) akan menjawab pertanyaan dari saudari Yuniwati Khairunnisa.
BalasHapusWacana Narasi
Wacana Narasi adalah salah satu jenis wacana yang menceritakan atau mengisahkan sesuatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya.Bertujuan menceritakan sesuatu kejadian yang telah disaksikan, dialami dan didengar oleh pengarang (penulisnya). Narasi dapat bersifat fakta atau fiksi (cerita rekaan). Narasi yang bersifat fakta, antara lain biografi dan otobiografi, sedangkan yang berupa fiksi diantaranya cerpen dan novel.
Contoh wacana narasi:
Kegiatan disekolahku demikian padatnya. Setiap hari, aku masuk pukul 07.00. Agar tidak terlambat, aku selalu bangun pukul 04.30. Setelah mandi, akupun shalat subuh. Kemudian, aku segera mengenakan seragam sekolah. Tak lupa aku lihat-lihat lagi buku yang harus aku bawa. Yah, sekedar mengecek apakah buku-buku yang aku bawa sudah sesuai dengan jadwal pelajaran hari itu. Selanjutnya, aku makan pagi. Lalu, sekitar pukul 06.00, aku berangkat ke sekolah. Seperti biasanya, aku ke sekolah naik angkutan umum. Jarak rumah dengan sekolahku tidak jauh, sekitar enam kilometer. Aku memang membiasakan berangkat pagi-pagi. Maklum, angkutan kota sering berhenti lama untuk mencari penumpang. Jika aku berangkat agak siang, wah, bisa terlambat sampai di sekolah.
Di sekolah, aku belajar selama kurang lebih enam jam. Jam pelajaran berakhir pukul 12.45. Itu untuk hari-hari biasa. Hari Rabu, aku pulang pukul 14.30, karena mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dulu. Khusus hari Jum'at, aku bisa pulang lebih awal, yaitu pukul 11.00.
Paragraf narasi diatas berisi sebuah fakta. Apbila dicermati, paragraf tersebut berisi urutan peristiwa berikut: bangun pukul 04.30, mandi, shalat subuh, berpakaian, mengecek buku, makan pagi, berangkat sekolah, belajar di sekolah, pulang sekolah. Jaringan peristiwa tersebut dialami oleh tokoh aku. Aku mengalami "konflik" dengan dirinya sendiri, yaitu kebiasaannya setiap hari.
Wacana Esposisi
Wacana eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
Contoh wacana eksposisi
Para pedagang sapi di pasar-pasar tradisional mengeluarkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, pemerintah terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
Wacana persuasi
Wacana persuasi merupakan wacana yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca.
Contoh:
• Propaganda kelompok / golongan, kampanye
• Iklan dalam media massa
• Selebaran, dsb
Wacana argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi pembaca agar dapat menerima ide, pendapat, atau pernyataan yang dikemukakan penulisnya. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.
Contoh wacana argumentasi
Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna.Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdaya kiper lawan. Bola sepertinya perintahnya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sulit mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.
Nama saya Nur Riani (A1B113060)
BalasHapusdapatkah anda memberikan contoh menurut kelompok anda sendiri dalam wacana estetik seperti puisi dan lagu, terus apakah ada lagi contoh selain dari puisi dan lagu ??
juga coba jelaskan apa yang dimaksud dengan wacana prosa beserta contohnya.
Terimakasih
Nama saya Muhammad Irwan Aprialdy (A1B113052)
BalasHapusWacana estetik bisa pula didapat dalam cerpen maupun novel. Sebab, dua jenis karya sastra tersebut juga senang 'bermain-main' dengan estetika yang berhubungan erat dengan metafora, majas, terkadang memiliki rima (cerpen berima ada meskipun sangat jarang). Nah, meskipun merujuk pada penggambaran yang cenderung deskriptif, namun, banyak penulis yang menggunanakan wacana estetik ini sebagai penyampaian cerita yang tak biasa.
contoh: (Cerpen Ai El Afif berjudul 'Musim Kesunyian'
- Hikayat Ruang-
Di luar, hujan mulai turun. Desis air membuatku terjaga. Dingin. Aku menyalakan lampu. Lelah membawa lelap usai mengisi hari dengan isak. Air memulai lagi merayu angin. Percintaan yang menjadikan tanah memacak luka.
Aku beranjak, hendak menutup tirai. Di seberang, lelaki itu membingkai jendela dengan sosoknya. Hari ini kata-katamu menikam. Mungkin esok kata-katamu menjadi racun. Dan lusa? Entah kata-kata menjadi apa. Aku menatapnya sejenak. Cahaya kamarnya menjelaskan wajahnya. Lelaki itu serupa tanah yang menyimpan limpahan hujan. Lembab.
“Kau tak bisa jatuh cinta.” Aku mengatup tirai. Bersamaan dengan gerak itu, kudapati kesadaran menyentak. Kulitku terlampau merah. Gatal. Makhluk-makhluk awan itu tak bisa membuatku begini.
Aku menjatuhkan pandangan pada lantai ruang tidurku. Ulat-ulat itu kaku ditinggal kehidupan. Mungkin ulat-ulat itu menyalahkanku. Aku mencintai ulat-ulat. Dan siksa lebih pantas untukku.
Terlampau banyak sakit di sini. Tak pernah ketulusan kalah dengan keadaan. Kurasakan gatal itu kini berlipat-lipat. Aku mengatup mata. Takkan melawan lagi. Kenangan kulentingkan menyibak sepi. Membawaku mengembara menembusi gelap yang menganga.
Wacana Prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana prosa ini dapat tertulis atau lisan, langsung atau tidak langsung.
contoh: hikayat, cerpen, novel, roman, dll.
Saya Intan Puspitasari (A1B113013) ingin menanyakan beberapa hal lagi.
BalasHapusApa sebenarnya tujuan dari analisis wacana? Lalu apakah hal yang terpenting dalam suatu wacana?
Bagaimana dengan judul? Apakah judul termasuk bagian penting dalam wacana?
Mohon penjelasannya!
Terimakasih. Ganbatte kudasai!
Nama saya M.Syakir Septiawan ( A1B113065 ) akan menjawab pertanyaan dari Intan Puspitasari, tujuan analisi wacana adalah untuk tidak memberikan kepastian, tetapi untuk memperluas cakrawala pribadi kita dan membuat kita menyadari kelemahan kita sendiri dan di akui agenda/ motivasi dan juga orang lain.
HapusHal terpenting dalam suatu wacana adalah penggunaan bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh pembacanya.
Judul merupakan bagian yang penting dalam wacana, karena judul sangat menentukan apa yang ingin disampaikan.
Saya Norizzati Khairina (A1B113011) ingin bertanya tentang pengertian subsatuan wacana menurut kelompok kalian dan berikan contohnya.terima kasih
BalasHapusSaya Rezki Fitriani (A1B113027) akan menjawab pertanyaan Norizzati Khairina.
HapusSubsatuan wacana merupakan satuan “ide” dan “pesan” yang disampaikan
kepada pendengar / pembaca tanpa keraguan. Wacana itu dibangun oleh
sub-subsatuan wacana yang disebut bab, subbab, paragraf / subparagraf.
Contoh : Jagalah kebersihan !
Bukalah alas kaki (sepatu, sendal, dan lain-lain)
saya ayu ristiana sari (A1B113004) akan bertanya kepada kelompok wacana. apa yang dimaksud sebagai alat wacana dan apa saja yang dapat digunakan untuk membuat wacana menjadi kohesif itu. terima kasih
BalasHapussaya Kamarudin (A1B113029) akan menjawab pertanyaan dari ayu ristiana sari, yang dimaksud alat wacana adalah alat-alat yang menyertai gramatikal, aspek semantik, dan gabungan antara keduanya,,gramatikal dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif. dan untuk membuat wacana kohesif itu diperlukan alat-alat wacana gramatikal yang menyertain : konjungsi, kata ganti, ( dia, nya, mereka, ini ), dan sebagai rujukan anaforis, menggunakan elipsis. :)
HapusSaya Fatmawati (A1B113066) ingin bertanya. Apakah setiap wacana selalu memiliki subsatuan wacana ? dan bagaimana dengan conton ini "Jagalah kebersihan !", apakah dalam contoh itu memiliki subsatuan wacana ? Terima kasih ^^
BalasHapusmantap sekali materinya... makasih ya kak karna dengan adnya materi ini sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas
BalasHapusasslamualaikum
BalasHapussaya ingin bertanya tentang wacana dan ilmu linguistic apasih kaitannya?