KELOMPOK 4 LINGUISTIK
1. Nella Yulia Sari (A1B113091)
2. Aminah (A1B113082)
3. Yuni Nur Amaliyah (A1B113074)
4. Dina Ayesha Fahria (A1B113072)
5. Maisyarah (A1B113070)
6. M. Syakir Setiawan (A1B113065)
7. Asri Stya Wiranda (A1B113061)
8. M. Irwan Aprialdy (A1B113052)
9. Diana Maya Utami (A1B113043)
10. Erina Nursafitri (A1B113038)
11. Astri Suci Kurniawati (A1B113030)
12. Kamarudin (A1B113029)
13. Rezki Fitriani (A1B113027)
Wacana
Rabu, 25 Desember 2013
Rabu, 02 Oktober 2013
pertanyaan sub pokok bahasan SUBDISIPLIN linguistik
1. Apa yang dipelajari dalam ilmu linguistik ?
2. Apa manfaat dari sosiolinguistik ?
3. Sosiolinguistik mempelajari tentang ?
4. Apa yang dimaksud dengan psikologi ?
5. Kombinasi psikologi dengan ilmu kebahasaan/linguistik melahirkan ?
6. Sosiologi dapat dimanfaatkan dalam ilmu kebahasaan akan melahirkan ?
7. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang apa ?
8. Perencanaan bahasa maupun untuk penyelesaian konflik bahasa di daerah-daerah tertentu merupakan kegunaan dari ?
9. Bagaimana cara mempelajari leksikostatistik dengan menggunakan ilmu statistik?
10. Filologi adalah sub disiplin linguistik yang mempelajari tentang ?
2. Apa manfaat dari sosiolinguistik ?
3. Sosiolinguistik mempelajari tentang ?
4. Apa yang dimaksud dengan psikologi ?
5. Kombinasi psikologi dengan ilmu kebahasaan/linguistik melahirkan ?
6. Sosiologi dapat dimanfaatkan dalam ilmu kebahasaan akan melahirkan ?
7. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang apa ?
8. Perencanaan bahasa maupun untuk penyelesaian konflik bahasa di daerah-daerah tertentu merupakan kegunaan dari ?
9. Bagaimana cara mempelajari leksikostatistik dengan menggunakan ilmu statistik?
10. Filologi adalah sub disiplin linguistik yang mempelajari tentang ?
Rabu, 25 September 2013
Pertanyaan sub pokok bahasan DIKOTOMI
1. Jelaskan perbedaan langue dan parole dalam dikotomi !
2. Jelaskan perbedaan kompetensi dan performasi !
3. Sebutkan dan jelaskan pikiran Ferdenan De Saussur kedalam enam dikotomi tentang bahasa !
4. Apa tujuan fenomena dikotomi bahasa dan sastra dalam studi bahasa dan sastra indonesia diadakan ?
5. Bagaimana cara menghilangkan dikotomi ilmu pengetahuan dan agama Islam dengan proyek Islamisasi ilmu pengetahuan
6. Apa latar belakang dikotomi ?
7. Apa dikotomi dalam dunia pendidikan?
8. Dikotomi untuk dunia pendidikan di Indonesia tampaknya sudah menjadi sebuah penyakit yang akut, bagaimana cara untuk mengetahui hal tesebut ?
9. Apa perbedaan dikotomi sinkonik dengan dimotomi diakronik ?
10. Berikanlah salah satu contoh dari dikotomi signifian dan dikotomi signifie !
2. Jelaskan perbedaan kompetensi dan performasi !
3. Sebutkan dan jelaskan pikiran Ferdenan De Saussur kedalam enam dikotomi tentang bahasa !
4. Apa tujuan fenomena dikotomi bahasa dan sastra dalam studi bahasa dan sastra indonesia diadakan ?
5. Bagaimana cara menghilangkan dikotomi ilmu pengetahuan dan agama Islam dengan proyek Islamisasi ilmu pengetahuan
6. Apa latar belakang dikotomi ?
7. Apa dikotomi dalam dunia pendidikan?
8. Dikotomi untuk dunia pendidikan di Indonesia tampaknya sudah menjadi sebuah penyakit yang akut, bagaimana cara untuk mengetahui hal tesebut ?
9. Apa perbedaan dikotomi sinkonik dengan dimotomi diakronik ?
10. Berikanlah salah satu contoh dari dikotomi signifian dan dikotomi signifie !
Wacana dalam ilmu LINGUISTIK
WACANA
Banjarmasin, 21
September 2013
A.
Pengertian
Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang
lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi dan terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap,
maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang
utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar
(dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi
atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat
dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya
keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi
wacana apik dan benar.
B.
Alat Wacana
Alat-alat
gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif,
antara lain:
Pertama,
konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat; atau
menghubungkan paragraf dengan paragraph.
Seperti wacana
berikut :
(217) Raja sakit. Pemaisuri meninggal.
Hubungan menjadi
jelas, sebab kalau misalnya diberi konjungsi dan menjadi wacana sebagai berikut
:
(218a) Raja sakit dan permaisuri meninggal.
(218b) Raja sakit karena permaisuri meninggal.
(218c) Raja sakit ketika pemaisuri meninggal.
(218d) Raja sakit sebelum permaisuri meninggal.
(218e) Raja sakit. Oleh karena itu, permaisuri
meningggal.
(218f) Raja sakit, sedangkan permaisuri meninggal.
Kedua,
menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis.
(219)
Rombongan mahasiswa pengunjuk rasa itu
mula_mula mendatangi kantor menteri dalam negeri. Sesudah itu mereka dengan tertib menuju gedung DPR
di Senayan.
(220)
Anak itu terpeleset, lalu jatuh ke
sungai. Beberapa orang yang lewat mencoba menolongnya.
(221)
Awan tebal bergumpal-gumpal menutupi
langit Jakarta. Itu tandanya hujan
lebat akan turun.
Ketiga,
menggunakan elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat
kalimat yang lain.
(222)
Teman saya yang duduk di pojok itu
namanya Ali; dia berasal dari Yogyakarta. Yang di ujung sana Ahmad dari
Jakarta. Yang di sebelah gadis berbaju merah itu Nurdin dari Medan.
Tanpa elipsis
wacana tersebut pada (222) terasa menjadi tidak efektif, karena terlalu banyak
menggunakan kata, dan terasa menjadi tidak ada penghubung antara kalimat yang
satu dengan kalimat lainnya. Perhatikan wacana (223) berikut yang berasal dari
(222) tanpa diberi elipsis.
(223)
Teman saya yang duduk di pojok itu
namanya Ali; dia berasal dari Yogayakarta. Teman saya yang duduk di ujung sana
itu namanya Ahmad; dia berasal dari Jakarta. Teman saya yang duduk di sebelah gadis berbaju merah itu
namanya Nurdin; dia berasal dari Medan.
Selain dengan
upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat
dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain:
Pertama,
menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam
wacana itu.
(224)
Saya datang, anda pergi. Saya hadir,
anda absen. Maka, mana mungkin kita bisa bicara.
Kedua,
menggunakan hubungan generik – spesifik; atau sebaliknya spesifik – generik.
(225)
Pemerintah berusaha menyediakan
kendaraan umum sebanyak-banyaknya dan akan berupaya mengurangi mobil-mobil
pribadi.
Ketiga,
menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat; atau isi
antara dua buah kalimat dalam satu wacana.
(226)
Dengan cepat disambarnya tas wanita
pejalan kaki itu. Bagai elang menyambar anak ayam.
Keempat,
menggunakan hubungan sebab – akibat di antara isi kedua bagian kalimat; atau
isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana.
(227)
Pada pagi hari bus selalu penuh sesak.
Bernapas pun susah di dalam bus itu.
Kelima,
menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana.
(228)
Banyak jembatan layang dibangun di
Jakarta. Supaya kemacetan lalu lintas teratasi.
Keenam,
menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua
kalimat dalam satu wacana.
(229)
Kebakaran sering melanda Jakarta.
Kalau dia datang Si Jago Merah itu tidak kenal waktu, siang atau pun malam.
B.
Jenis
Wacana
Berbagai jenis
wacana dapat disesuaikan dari sudut pandang mana wacana itu dilihat.
Pertama-tama dilihat dari adanya wacana lisan dan wacana tulis melalui sarana
bahasa lisan atau bahasa tulis.
Dilihat dari
penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puitik dibagi menjadi
wacana prosa dan wacana puisi. Wacana prosa, dilihat dari penyampaian isinya
dibedakan menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi dan wacana
argumentasi.
Leech
mengklasifikasikan wacana berdasarkan fungsi bahasa seperti dijelaskan berikut
ini;
§ Wacana
ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis
sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato;
§ Wacana
fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi,
seperti wacana perkenalan pada pesta;
§ Wacana
informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti
wacana berita dalam media massa;
§ Wacana
estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan
pesan, seperti wacana puisi dan lagu;
§ Wacana
direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra
tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
Berdasarkan
saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas; wacana lisan dan wacana
tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur,bahasa yang
dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis
ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan
sistem ejaan.
Wacana dapat
pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu wacana naratif, wacana
deskriptif, wacana ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana
hortatoris, dan wacana prosedural.
D.
Subsatuan
Wacana
Dari pembicaraan
di atas dapat dikatakan bahwa wacana adalah bahasa yang utuh yang lengkap.
Maksudnya dalam wacana ini satuan “ide” dan “pesan” yang disampaikan akan dapat
di pahami pendengar atau pembaca dalam keraguan, atau tanpa merasa adanya
kekurangan infomasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam wacana itu. mungkin
ada ide atau pesan yang sangat sempit atau sedikit, sehingga cukup diwujudkan
dalam satu kalimat seperti (236) berikut :
(236) Jagalah kebersihan !
Tetapi mungkin
juga ada yang agak besar atau agak luas, sehingga perlu diwujudkan dalam dua
tiga tiga kalimat atau lebih, seperti tulisan yang biasa kita lihat di muka
pintu masuk mesjid atau mushala.
(237) Bukalah alas kaki (sepatu, sendal, dan
lain-lain).
Kebersihan adalah sebagian daripada
iman.
Kalau isi wacana
itu berupa masalah keilmuan yang cukup luas, diuraikan berdasarkan persyaratan
suatu karangan ilmiah, maka wacana itu akan menjadi sangat luas, mungkin bisa
puluhan atau ratusan halaman panjangnya. Jika demikian, maka biasanya wacana
itu akan dibagi-bagi dalam beberapa bab;
setiap bab akan dibagi lagi atas beberapa subbab; setiap subbab disajikan dalam
beberapa paragraf, atau juga subparagraph. Setiap paragraf biasanya berisi satu
gagasan atau pikiran utama, yang disertai dengan sejumlah pikiran penjelas.
Pikiran utama
itu berwujud satu kalimat utama; dan setiap pikiran penjelas berupa
kalimat-kalimat penjelas.
Oleh karna itu,
dalam hal wacana itu berupa karangan ilmiah, maka dapat dikatakan bahwa wacana
itu dibanguni oleh subsatuan atau sub-subsatuan wacana yang disebut bab,
subbab, paragraf, atau juga subparagraf.
Namun, dalam, wacana-wacana singkat sub-subsatuan wacana itu tentu tidak ada.
Dalam wacana
berupa karangan ilmiah, dibangun oleh subsatuan atau sub-subsatuan wacana yang
disebut bab, subbab, paragraf, atau juga subparagraf. Namun, dalam wacana
–wacana singkat sub-subsatuan wacana tidak ada.
Langganan:
Postingan (Atom)